Syaer Sang Isteri...[1]

Tersebutlah kisah seorang isteri,
pilu dan rawan setiap hari,
resah dan gundah tiada terperi,
dilanda rindu menggigit jari.

Dua hari sudah berlalu,
makan minum tiadalah lalu,
sesuap dua berhenti selalu,
teringatkan kasih hatiku pilu.

Pergimu itu tiada ku tahan,
dua purnama amatlah perlahan
masa berlalu menjadi dugaan,
pesananmu tiada jadi alpaan.

Sebelum kekasih pergi melayang
pesannya satu tiadalahlah kurang:
‘Tinggallah intan tinggallah sayang,
anak dan kucing berilah makang.’ (Treng.sp)

Pergilah kasih pergilah sayang,
lambaianmu masih lagi terbayang,
tiadalah lagi senda gurauan,
untuk penawar hati yang rawan.

Bisik dan janji akan kukenang,
air mata berlinang-linang
membilang hari sampai kau pulang,
tiadalah lagi hati kepalang.

Jaga diri baik-baik Tabby!